Image default
  • Home
  • Berita Utama
  • Impor beras: Antisipasi Krisis 2023, Evaluasi Satgas Pangan hingga Merangkai Siklus Pertanian
Berita Utama Komunikasi Bisnis

Impor beras: Antisipasi Krisis 2023, Evaluasi Satgas Pangan hingga Merangkai Siklus Pertanian

Bulog harus tetap punya cadangan. Kita nggak tahu ada banjir, ada disaster, ada gempa, itu kita harus tetap punya (cadangan)

 

 

Oleh Imam S Ahmad Bashori
Team Investigasi dan Reportase Mafia Pertanian
 

Kontroversi.or.id: Setiap menjelang akhir tahun, manajemen stok beras kembali menjadi isu publik dan sering menimbulkan kontroversi terbuka.

Secara umum, panen beras musim gadu berakhir pada bulan Oktober sehingga neraca beras Indonesia pada November dan Desember menjadi defisit.

Pada 2022, surplus beras Indonesia hanya mencapai 1,88 juta ton sehingga dua bulan defisit diatas menjadi sangat krusial dalam manajemen stok beras.

Pemerintah-pun berencana untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton guna mengisi ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Namun, ternyata impor beras itu sendiri memiliki kendala.

 

Badan Pangan Nasional 

Beberapa waktu yang lalu Menteri Pertanian atau Mentan Syahrul Yasin Limpo enggan menanggapi soal Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang siap mengimpor beras 200 ribu ton.

“Jangan tanya saya kalau impor beras”, ujar dia seusai acara Tempo Ministry Award 2022 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat beberapa waktu yang lalu. (9 Agustus 2022).

Dia mengatakan bahwa tentu hal itu dilakukan dengan adanya pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

“Tentu ada pertimbangan-pertimbangan yang rasional kan (impor beras) bukan ke konsumsi,” kata Syahrul.

 

Belum setuju 

Sampai dengan hari ini, Perum Bulog belum mendapatkan negara mana yang setuju untuk ekspor beras ke Indonesia.

“Sekarang ini impor juga tidak akan mudah, karena negara-negara itu juga membatasi, bahkan ada yang sama sekali menutup untuk ekspor, karena dia butuh juga”, kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Gedung DPR RI, (Rabu,7/12/2022).

Saat ini pihak Bulog tengah mengupayakan sebanyak 200 ribu ton beras impor tersebut bisa masuk ke Indonesia sampai dengan paling lambat akhir bulan Desember 2022. Namun, situasinya saat ini sangat sulit bahkan untuk impor sekalipun.

“200 ribu ton juga sudah dalam upaya ya. Bahkan ada satu negara yang sudah iya (bersedia ekspor ke Indonesia) tapi nggak jadi, karena memang dia nggak siap dengan waktu yang singkat, belum (ditambah) perizinan dan segala macamnya. Jadi nggak mudah. Begitu ada barangnya bisa kita beli, itu aja kita berangkatkan dulu deh. Sekarang ini saya sedang upaya, sampai akhir Desember itu harus ada 200 ribu ton”, lanjutnya.

Buwas menambahkan, jika stok 200 ribu ton yang diharapkan bisa diperoleh dari impor tersebut tidak terpenuhi. t6idak akan menjadi masalah. Sebab, saat ini persediaan beras untuk rumah tangga berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terbilang aman. Hanya saja, stok untuk CBP yang kian menipis.

“Kalau tidak dapat stok 200 ribu ton, mau kita usaha gimana lagi?. Insya allah nggak krisis. Cukup ada untuk rumah tangga, kalau di rumah tangga aman. Tapi ini kan permasalahannya ada di CBP, untuk stabilisasi, ketersediaan, dan operasi pasar”, paparnya.

 

Bukan persoalan mudah

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menuturkan, dalam waktu singkat untuk mendapatkan stok sebanyak 200 ribu ton bukanlah sebuah persoalan mudah.

“Saya berjuang untuk 200 ribu ton. Karena nggak mudah dalam waktu singkat cari stok”, ujar Arief saat ditemui di Gedung DPR.

Namun demikian, Bulog harus tetap memiliki cadangan. Sebab, kita tidak akan pernah tahu kondisi ke depan seperti apa.

“Bulog harus tetap punya cadangan. Kita nggak tahu ada banjir, ada disaster, ada gempa, itu kita harus tetap punya (cadangan). Kalau buat saya di badan pangan, ketersediaan nomor satu”, pungkasnya.

 

Penggilingan Nakal

Perum Bulog mengungkap ada penggiling yang sengaja menaikan harga beras. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas mengatakan hal itu terjadi secara tiba-tiba dari harga Rp 10.200 per kilogram (Kg) menjadi Rp 11.000/kg.

“Harga nggak masuk akal, di situ penggilingan ditanya, kontrak sama kita kan Rp 10.200/kg. Hari ini kenapa Rp 11.000/kg?. Perintah pak,  disuruh katanya menaikkan harga itu,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12/2022).

Buwas mengungkap bahwa ada penggilingan yang sengaja menaikkan harga beras, tetapi stok yang disampaikan tidak banyak.

“Jadi tadinya ada 30 ribu ton, orang ini kontrak sama kita hanya ada 3 ribu ton. Tapi dalam data yang diberikan ke kita, dia punya 30 ribu ton. Kontrak sama kita itu harga Rp 10.200, begitu yang 30 ribu ton, dia mintanya Rp 11.000. Begitu dicek di lapangan barangnya tidak ada,” tutupnya.

 

Perlu Satgas apalagi

Menurut Buwas hal ini harus dibawa ke ranah hukum. Ia juga mengatakan Satgas Pangan sudah mencatat oknum tersebut.

“Ada, saya minta ini diselesaikan secara hukum, jangan pembohongan ini, pembohongan publik yang seenaknya saja, ini menyangkut masalah perut masyarakat Indonesia,” lanjutnya.

 

Bulog tidak dapat mengikuti harga pasar

Bulog tidak dapat mengikuti harga pasar terlalu tinggi karena nantinya berkaitan dengan harga jual beras dalam operasi pasar. Budi Waseso pun menegaskan, pengecekan data dengan kondisi riil itu melibatkan Satgas Pangan dan TNI sekaligus dinas pangan setempat.

“Dicek di lapangan data tidak sebanyak itu (600 ribu ton). Ini bukan kata saya, karena yang menyaksikan ada Satgas Pangan dan itu dicek. Saya bukan cari kesalahan, tapi ini untuk kebaikan dan kebenaran”. katanya.

 

Simpang Siur Data Stok Beras Nasional

Direktur Utama Bulog menyampaikan, realisasi penyerapan beras hanya mencapai 166 ribu ton dari janji Kementan dua pekan yang lalu mengklaim akan menyiapkan beras sebanyak 600 ribu ton. Buwas, sapaan Budi Waseso, mengatakan, pihaknya mengecek langsung penggilingan sesuai data yang diberikan Kementan.

“Sampai 5 Desember 2022, Bulog hanya bisa menyerap 166 ribu ton. Ini yang bisa kita lakukan dalam penyerapan”, kata Buwas.

Data Kementan versus data yang diterima oleh Bulog terkait ketersediaan beras sama. Hanya saja, hasil pengecekan ulang oleh Bulog di lapangan tidak sama dengan data.

 

Merangkai siklus pertanian

Apa saja yang menjadi masalah menahun sektor pertanian negara ini?. Simak fakta kontroversi berikut ini:

Pertanian dipandang sebelah mata

Stigmatisasi masyarakat masih banyak menganggap bahwa pertanian hanya berujung kepada mencangkul saja. Sehingga terkesan sektor pertanian adalah jorok dan miskin.

Citra sektor pertanian yang tampak kotor dan miskin didasari oleh tidak adanya bukti kuat yang mengatakan bahwa bertani itu menjanjikan. Bukan berarti seluruh petani itu miskin. Namun, kebanyakan ekonomi petani masih termasuk kelas menengah ke bawah.

Krisis regenerasi petani muda

Rendahnya minat regenerasi muda untuk terjun ke dunia pertanian terlihat dari statistik sebesar 61% petani berusia >45 tahun.
Padahal, generasi muda adalah generasi penerus sekaligus kunci keberhasilan sektor pertanian.
Jika tidak segera ditangani, ketahanan pangan nasional akan sulit dicapai bangsa ini.
Salah satu program yang mulai banyak digerakkan adalah modernisasi pada pertanian itu sendiri sehingga tampak lebih baik. Pertanian digital adalah hal yang menarik untuk mengubah citra pertanian menjadi bisnis yang menarik.

Rantai niaga yang merugikan petani

Kesenjangan pembagian keuntungan yang didapat antara petani dan distributor, petani yang paling banyak dirugikan. Hasil yang didapat tidak sebanding dengan resiko yang dialami petani.
Kondisi demikian yang menyebabkan pekerjaan sebagai petani tampaknya tidak menjanjikan.
Keuntungannya tak seberapa, belum lagi dihitung dengan kerugian ketika cuaca tidak mendukung ataupun serangan hama. Untuk itu, diperlukan sarana yang mampu memotong rantai perniagaan yang cukup panjang untuk komoditas pertanian.
Harapannya, petani mampu menyediakan produknya secara langsung ke konsumen sehingga keuntungan yang diperoleh petani pun meningkat.

Teknik budi daya kurang presisi

Presisi yang dimaksud di sini adalah bertani dengan teknik yang benar dan tepat guna.
Di lapangan, pertanian dilakukan berdasarkan naluri dan pengalaman. Jarang sekali petani di Indonesia yang berasal dari kalangan terdidik yang sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang pertanian.
Misalnya, pemberian pupuk dengan dosis yang tepat, penanganan hama yang benar, ataupun proses pasca panen yang seharusnya dilakukan sehingga nilai jual produk lebih tinggi.
Selain itu, benih yang digunakan sebagai bahan tanam bukanlah benih bersertifikat. Idealnya, pemerintah melalui kelembagaan pertanian melengkapi pengetahuan masyarakat tani dengan menurunkan penyuluh pertanian.
Benar, program ini sudah berjalan. Namun, tak jarang pula, penyuluh kurang menguasai masalah pertanian itu sendiri. Alhasil, petani pun bersikeras dengan pengetahuan yang dimilikinya

Modal bagi petani

Kesulitan yang juga sering menimpa petani adalah mencari modal. Usaha tani yang tidak bisa memberikan kepastian, yakni bergantung pada alam, menyebabkan pemberi kredit enggan mengeluarkan uang kepada wirausahawan di bidang pertanian.

Alih fungsi lahan

Banyak terjadi di pulau Jawa, padatnya penduduk dengan tingkat kebutuhan yang tingi menyebabkan lahan-lahan pertanian diubah menjadi perumahan dan gedung-gedung bertingkat.
Produktivitas yang tidak seberapa ditambah dengan lahan yang semakin sempit menyebabkan perekonomian petani semakin terhimpit.
Selain masalah di atas, pastinya masih banyak masalah lainnya yang perlu segera untuk diselesaikan.
Penyelesaian masalah tersebut tentunya harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat yang terlibat.

 

Strategi pertanian jangka panjang

Untuk menjadikan sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Indonesai idealnya dibuat startegi jangka panjang industri pertanian, namun untuk dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan beberapa hal yaitu:

  1. Pemimpin yang kompeten, kredibel dan peduli terhadap kemajuan pertanian pada khususnya dan kemajuan masyarakat perdesaan yang ada diseluruh pelosok tanah air Indonesia.
  2. Program pembangunan diarahkan kepada program pembangunan pertanian yang benar dengan upaya membangun industri pertanian dengan itikad pemimpin baik dalam membangun pertanian.
  3. Reformasi birokrasi dan pemerintahan yang sejalan dengan prinsip good governance.
  4. Pengembangan modal sosial berbasis kearifan local yang disesuaikan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0 dalam bidanga pertanian.
  5. Industri pertaniah idealnya melakukan aliansi stretegis dengan menerapkan strategi Penthahelik yang merupakan strategi kolaborasi antara, Academic, Business, Government, Costumer and Media (ABGCM).

Penerapan startegi akan optimal apabila masing-masing mempunyai peran yang berimbang dibidangnya masing-masing sehingga dapat berkolaborasi dengan baik dan menghasilkan kekuatan yang luar biasa.

Perguruan tinggi mempunyai peran dalam mencetak SDM dan melakukan riset untuk menjawab kebutuhan industri bidang pertanian, dan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan industri pertanian yang telah disesuaikan dengan kebijakan pemerintah yang ada dalam roadmap pengembangan industri yang dibuat oleh government dan selalu menggandeng media untuk sosialisasi dan desiminasi hasil riset tersebut sehingga tersampaikan kepada para petani atau Industri bidang pertanian.

Strategi ini akan bermanfaat karena hasil kolaborasi tersebut dapat menjawab permasalahan dalam industri pertanian mulai dari indutsri hulu hingga industri yang ada dihilir.


There is no ads to display, Please add some

Related posts

Kontroversi Pengenaan Tarif PPN Sembako dan Jasa Pendidikan

Penulis Kontroversi

Menkominfo Rudiantara Minta Maaf Apabila Kebijakannya Mengganggu

Penulis Kontroversi

Kontroversi Desa Siap dan Desa Lancip Program Nawakarsa

Penulis Kontroversi

Leave a Comment