Konstruksi Media – PT Delapan Mata Angin (DMA) kembali menarik perhatian dunia arsitektur dan konstruksi tanah air melalui rancangan masjid berkonsep modern minimalis yang memadukan keanggunan bentuk, kekuatan material, dan nilai spiritualitas. Mengusung filosofi “kesederhanaan yang bermakna”, proyek ini tidak sekadar menghadirkan rumah ibadah, melainkan juga simbol keseimbangan antara fungsi, estetika, dan spiritualitas.
Bentuk geometris tegas, bidang masif, serta tekstur batu abu-abu menjadi karakter utama yang menggambarkan kokohnya iman sekaligus elegannya desain modern.
Menurut Novery Ananda Kurniawan, Direktur PT Delapan Mata Angin, setiap karya arsitektur DMA selalu berangkat dari pemahaman mendalam terhadap konteks budaya dan nilai spiritual masyarakat.
“Kami ingin menghadirkan arsitektur yang tidak hanya indah secara visual, tapi juga mengandung jiwa-jiwa yang mampu menghubungkan ruang dengan rasa,” ujarnya.
Ia menambahkan, filosofi di balik desain masjid ini adalah menghadirkan ketenangan melalui kesederhanaan, di mana setiap garis dan material dipilih untuk memancarkan keheningan dan keagungan secara bersamaan.
Yang menarik, desain masjid ini merupakan hasil kolaborasi tim 1000 Masjid, sebuah gerakan para engineer yang ingin menyumbangkan ilmunya sebagai bentuk amal jariyah, diinisiasi langsung oleh Novery.
“Ini yang desain adalah tim 1000 Masjid. Didukung oleh DMA, Vastuvilla Architect, dan teman-teman lain,” jelasnya.

Tim ini terdiri dari para profesional lintas daerah yang sebagian besar bergabung setelah membaca inisiatif Novery di media sosial. “Ada yang saya kenal, dan ada yang tidak saya kenal, tapi mereka ikut karena ingin berkontribusi,” tambahnya.
Gerakan ini pertama kali memulai perancangan masjid pada tahun 2017, dan sejak itu terus berkembang menjadi wadah kolaborasi sosial berbasis keahlian teknik dan arsitektur.
Masjid yang dirancang memiliki luas lahan 100 m² dengan luas bangunan 322 m² dan terdiri dari dua lantai. Desainnya menonjolkan menara ramping dengan kaligrafi “Allah” di puncaknya sebuah simbol spiritual yang kuat tanpa harus tampil megah berlebihan.
Area pintu masuk menggunakan roster sebagai ventilasi alami sekaligus elemen estetis, menunjukkan bagaimana arsitektur tropis Indonesia bisa berpadu dengan pendekatan desain modern. Pencahayaan hangat pada nama masjid di malam hari menghadirkan suasana ramah, teduh, dan menenangkan bagi jamaah maupun pengunjung.
Bagi DMA dan tim 1000 Masjid, proyek ini bukan sekadar pekerjaan konstruksi, melainkan manifestasi komitmen terhadap nilai keberlanjutan dan keindahan ruang ibadah.
“Kami percaya bahwa arsitektur harus mampu menginspirasi. Masjid ini bukan hanya tempat salat, tapi juga tempat merenung, menenangkan diri, dan menemukan kembali keseimbangan hidup,” ungkap Novery.
Ia menilai, keberhasilan proyek ini menjadi bukti bahwa desain modern dapat bersinergi dengan nilai spiritual tanpa kehilangan makna sakral.
Selain fokus pada aspek estetika dan fungsi, PT Delapan Mata Angin juga menaruh perhatian besar terhadap efisiensi energi dan kenyamanan termal. Pencahayaan alami, ventilasi silang, serta material berdaya tahan tinggi digunakan untuk menekan konsumsi energi sekaligus memperpanjang usia bangunan. Dalam pandangan Novery, inilah bentuk nyata tanggung jawab arsitek terhadap lingkungan dan masa depan. “Karya yang baik bukan hanya indah hari ini, tapi juga bermanfaat bagi generasi berikutnya,” tutupnya dengan penuh makna.

Bangunan pada gambar ini menampilkan konsep arsitektur masjid modern minimalis dengan pendekatan geometris dan monolitik. Berikut penjabaran konsepnya :
1. Konsep Umum
Masjid ini mengusung gaya modern kontemporer dengan bentuk massa yang tegas dan bersih. Dominasi bidang persegi dan garis lurus mencerminkan kesederhanaan sekaligus kekuatan visual yang kokoh. Gaya ini menunjukkan semangat kesederhanaan, keanggunan, dan ketegasan, yang sejalan dengan nilai spiritualitas Islam.
2. Material dan Warna
Material utama: Tampak menggunakan cladding batu atau keramik abu-abu dengan tekstur halus, memberikan kesan kokoh dan elegan.
Warna dominan: Abu-abu netral dengan aksen putih menciptakan nuansa tenang dan bersih yang identik dengan tempat ibadah.
Elemen tambahan: Aksen lampu warm white pada nama masjid (“Mathadul Huda”) menambah kesan hangat di malam hari dan menjadi focal point pada fasad.
3. Elemen Arsitektural
Menara (minaret) berbentuk ramping dan vertikal, berkarakter minimalis tanpa ornamen berlebihan. Hanya dihiasi kaligrafi “Allah” sebagai simbol tauhid.
Fasad utama sangat solid dengan sedikit bukaan, memberi kesan monumental dan sakral.
Area pintu masuk diberi permainan tekstur bata roster gelap, memungkinkan sirkulasi udara alami sekaligus menambah dimensi visual.
Volume bangunan bagian atas dibuat menjorok keluar (overhang), menciptakan efek bayangan dan memperkuat komposisi modern.
4. Lanskap dan Lingkungan
Lanskap sederhana dengan vegetasi minimal di area entrance, memberi keseimbangan antara unsur keras (beton/batu) dan unsur alam.
Deretan pohon tinggi di latar belakang memberi framing alami dan memperkuat kesan damai.
5. Nilai Desain
Konsep masjid ini mencerminkan: kesederhanaan dalam bentuk, kemegahan dalam makna.
Integrasi fungsi dan estetika bangunan tampak modern namun tetap membawa simbol-simbol religius dengan cara halus dan elegan. Keterbukaan terhadap cahaya dan udara alami tanpa banyak ornamen tradisional.
Artikel ini Rangkuman Dari Berita : https://konstruksimedia.com/ketika-arsitektur-berzikir-karya-dma-yang-menyatukan-desain-modern-dan-nilai-spiritual/