Konstruksi Media — Ikatan Ahli Manajemen Konstruksi Ramping Indonesia (IAMKRI) mengirimkan delegasi untuk mengikuti Lean Construction in the Field Conference (LCFC) ke-6 yang akan berlangsung pada 7–10 Oktober 2025 di San Francisco, Amerika Serikat.
Forum internasional ini diselenggarakan oleh The Lean Construction Blog bekerja sama dengan Doanh Do, dan menjadi salah satu ajang pembelajaran praktik terbaik konstruksi ramping (lean construction) di tingkat global.
Ketua Umum IAMKRI, Prof. Muhamad Abduh, menegaskan bahwa partisipasi Indonesia dalam konferensi ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kapasitas profesional dan mendorong transformasi konstruksi nasional.
“Pembelajaran teoritis sudah kita mulai melalui webinar series sebelumnya. Kini saatnya meningkatkan pemahaman dan keterampilan secara langsung dari para pakar dan praktisi internasional yang menerapkannya dengan efektif,” ujar Prof Abduh.
Menurutnya, pengalaman langsung ini penting untuk memperkaya implementasi konstruksi ramping di Indonesia. “Semoga menjadi bekal yang bermanfaat bagi penerapan konstruksi ramping yang lebih efektif ke depan,” tambahnya.

Rangkaian Kegiatan Delegasi
Sebelum konferensi utama, delegasi akan melakukan kunjungan lapangan ke dua proyek di Amerika yang menerapkan tiga pendekatan kunci: Progressive Design-Build, Target Value Design (TVD), dan Integrated Project Delivery (IPD).
Setelah itu, peserta akan mengikuti pelatihan khusus tentang Takt Planning, yang kemudian dilanjutkan dengan Takt Summit, forum mendalam mengenai sinkronisasi alur kerja dalam proyek konstruksi.
Pembelajaran Lapangan: Praktik di Proyek SFO
Salah satu kegiatan utama dilakukan di Gedung SFO Airport Commission di South San Francisco, yang mengelola Bandara Internasional San Francisco (SFO). Di sana, delegasi bertemu langsung dengan Paulo Napolitano, konsultan manajemen dari Allele Network yang ditunjuk SFO untuk menerapkan lean construction di seluruh proyek mereka.
Paulo, lulusan MIT Sloan School of Management dan murid langsung Greg Howell (pelopor lean construction), tidak mengelola proyek secara teknis, melainkan memastikan setiap proyek menerapkan prinsip konstruksi ramping secara disiplin dan adaptif.
Ia menekankan bahwa setiap tim proyek memiliki dinamika sendiri, sehingga pendekatannya harus berbeda di tiap proyek. Selain mengawal metode, Paulo juga memonitor suasana kerja tim.
Empat Prasyarat Kunci Lean Construction
Kepada delegasi, Paulo membagikan empat prasyarat utama dalam implementasi konstruksi ramping, termasuk dalam sistem seperti Last Planner System:
1. One Source of Truth
Seluruh data dasar dan aplikasi harus terintegrasi. Jika ada perubahan data, sistem langsung memperbarui dan semua tim menerima informasi yang sama.
Baca juga: IAMKRI Gelar Seminar Perdana 2025, Konstruksi Ramping Kunci Efisiensi dan Keberlanjutan
2. Robust Communication Structure
Mekanisme komunikasi harus disepakati, efektif, dan dijalankan bersama, termasuk pemanfaatan sistem informasi dan platform komunikasi.

3. Weekly Updates on the Plan
Rencana proyek tidak bisa kaku. Perubahan diperbolehkan jika menyesuaikan dinamika dan value bagi pemangku kepentingan. Misalnya, di SFO, kenyamanan penumpang menjadi prioritas dibanding sekadar ketepatan waktu proyek.
4. Integrate All Different Areas of Planning
Memerlukan kolaborasi lintas tim, co-location seperti Big Room, dan dukungan teknologi seperti BIM.
Big Room: Ruang Kolaborasi Terintegrasi
Kegiatan ditutup dengan kunjungan ke salah satu Big Room yang disediakan SFO dan dioperasikan kontraktor utama. Di ruang kolaboratif tersebut, perwakilan SFO, kontraktor, konsultan, subkontraktor, dan pemasok duduk berdampingan dan bekerja dalam satu ruang besar dengan fasilitas lengkap.
Setiap minggu digelar rapat bersama, sementara pertemuan insidental bisa dilakukan kapan saja karena semua pihak sudah berada di lokasi yang sama. Suasana kerja yang nyaman dan non-formal membuat produktivitas dan interaksi tim lebih positif.
Prof. Abduh menilai praktik ini sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia. “Yang disampaikan Paulo hanya bisa terjadi jika owner memahami bahwa risiko proyek ada di tangannya, bukan dilimpahkan sepenuhnya ke pihak lain. Kolaborasi dan integrasi tim menjadi kunci,” tegasnya.
Ia optimistis Indonesia bisa mengembangkan SDM serupa. “Di Amerika ada Paulo, di masa depan Indonesia juga akan punya Paulo-Paulo kita sendiri,” ujarnya.
Perkuat Transformasi Konstruksi Nasional
IAMKRI menilai hasil konferensi dan kunjungan lapangan ini akan memperkaya penerapan metode konstruksi ramping di Indonesia, termasuk:
- Perencanaan berbasis kolaborasi,
- Sistem informasi tunggal dan transparan,
- Koordinasi lintas pihak tanpa sekat,
- Penyesuaian proyek berbasis nilai,
- Penguatan peran konsultan lean secara independen.
Prof. Abduh menegaskan bahwa transformasi praktik konstruksi tidak cukup hanya dengan aturan, tetapi harus disertai paparan langsung pada praktik terbaik dunia.
“Kami ingin membawa pulang pengalaman yang bisa langsung diterapkan. Inilah saatnya meningkatkan mutu kolaborasi, efisiensi, dan budaya kerja sektor konstruksi Indonesia agar tidak tertinggal dari negara lain.”
IAMKRI menargetkan hasil konferensi dapat diterjemahkan menjadi kebijakan, pelatihan, serta model implementasi yang relevan dengan kebutuhan nasional. (***)
Artikel ini Rangkuman Dari Berita : https://konstruksimedia.com/delegasi-iamkri-ikuti-lcfc-2025-di-san-francisco-bahas-konstruksi-ramping-kelas-dunia/