Kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan) yang diambil dari beberapa premis (ide pemikiran) dengan aturan-aturan inferensi (yang berlaku). Bisa dibilang juga Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan.
Kesimpulan ialah sebuah keputusan akhir dalam metode penelitian, dan kesimpulan di peroleh dengan dua langkah deduktif dan induktif. Untuk membuat kesimpulan kamu perlu mendalami fenomena yang sedang anda kaji.
Dengan kata lain, kesimpulan adalah hasil dari pembicaraan.
Pertanyaan dasar / contoh terkait kesimpulan
a. apa nama perusahaan yang mengembangkan teknologi bertani di lantai bawah tanah?
b. mengapa pasona O2 mengembangkan teknologi bertani di lantai tanah?
c. media apa yang di gunakan untuk menanam di lantai bawah tanah?
d. di mana sistem teknologi pertanian yang di kembangkan oleh pasona O2?
e. jelaskan bagai mana sistem pertanian yang di laksanakan oleh paona O2?
f. apa yang mengatur cahaya, air, dan kelembaban udara pada teknologi tersebut?
Jenis Kesimpulan dan Contohnya
Membuat kesimpulan merupakan salah satu tahap terpenting dalam pembuatan karya tulis ilmiah. Baik dalam Bab skripsi, makalah, essay, ataupun beragam bentuk laporan atas hasil penelitian yang telah didapatkan. Hal terpenting lainnya dalam proses pembuatan kesimpulan ini memerlukan tahapan panjang, yakni dengan memahami sekaligus menelaah isi dan pembahasan yang ada dalam karya tulis, yang mana ini semua sangat berpengaruh pada penggunaan macam-macam kesimpulan dalam deduktif ataupun induktif.
Daftar Isi
Kesimpulan
Jenis Kesimpulan
Deduktif
Induktif
Metode Membuat Kesimpulan
Metode Generalisasi
Metode Analogi
Metode Korelasi
Manfaat Kesimpulan
Sebarkan ini:
Posting terkait:
Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan singkat, jelas, dan tersusun sistematis dari keseluruhan analisis penelitian terkait dengan pembahasan, dan pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian. Pada bagian kesimpulan ini, si peneliti berusaha memperlihatkan benang merah antara keseluruhan bagian dalam penelitian terutama antara masalah penelitian, hipotesis, dan teknik analisis data.
Oleh karena itulah dalam kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian bukan rangkuman penelitian apalagi rangkuman penulisan. Sehingga kesimpulan dalam penelitian pasti satu karena masalah dalam penelitian juga satu. Kesimpulan harus dipahami sebagai konklusi dari masalah yang dimunculkan.
Jenis Kesimpulan
Berdasarkan logika yang digunakan, dalam membuat kesimpulan dibagi menjadi dua, yaitu;
Deduktif
Logika deduktif merupakan proses berpikir yang dimulai dari suatu hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus. Proses pengambilan keputusan ini dilakukan untuk penelitian kualitatif. Membuat kesimpulan dengan logika deduktif dimulai dengan teori yang digunakan kemudian teori tersebut dikaitkan dengan data yang diperoleh sehingga peneliti memperoleh kesimpulan.
Contoh Kesimpulan Deduktif
Premis 1 : Jika langit mendung maka akan hujan
Premis 2 : Hari ini langit mendung
Kesimpulan: Hari ini akan hujan
Induktif
Logika induktif merupakan logika yang dimulai dari suatu hal yang bersifat khusus/spesifik ke hal yang bersifat umum. Logika induktif merupakan kebalikan dari logika deduktif. Dari melihat sesuatu yang spesifik ini sehingga dapat dilihat pola yang akan terjadi dan pola ini akan menjadi kesimpulan bagi sebuah penelitian. Proses logika berpikir ini dapat digunakan untuk penelitian kuantitatif.
Contoh Kesimpulan Induktif
Premis 1: Senin hujan
Premis 2: Selasa hujan
Premis 3: Rabu hujan
Premis 4: Kamis hujan
Kesimpulan: Maka kemungkinan hari jumat akan hujan.
Metode Membuat Kesimpulan
Adapun menurut metode yang digunakan untuk membuat kesimpulan penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu;
Metode Generalisasi
Langkah pembuatan kesimpulan yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan metode generalisasi. Membuat kesimpulan dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan mengulas terlebih dahulu masalah-masalah umum yang menjadi fokus penelitian.
Contohnya dalam hal ini adalah permasalahan korupsi, kekurangan gizi dan lain-lain.
Metode Analogi
Menggunakan metode analogi dalam membuat kalimat kesimpulan dalam penelitian ilmiah yang baik dengan dilakukan dengan menyusun kalimat yang dianalogikan antar materi pembahasan dan pembukaan dalam karya ilmiah.
Metode Korelasi
Adapun menggunakan metode korelasi dalam membuat kesimpulan dalam karya ilmiah dilakukan dengan mencari titik fokus antara hasil penelitian dan pembukaan. Gambaran singkat mengenai sebab akibat untuk mencari hubungan bisa dilakukan.
Contohnya dalam kasus sosial pembahasan mengenai kemiskinan akan berdampak pada tingginya angka kriminalitas, tingkat kesehatan dan sebagainya.
Manfaat Kesimpulan
Setiap kesimpulan dapat salah tetapi ini menjadi hal penting dalam memperoleh manfaatnya. Antara lain;
Kesimpulan tersebut dapat menjadi premis untuk penyelidikan lebih lanjut
Dari kesimpulan ini kemudian akan terumuskan rekomendasi ilmiah yang menyarankan kepada peneliti berikutnya tentang objek yang mungkin selesai dipecahkan melalui penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik oleh dirinya maupun oleh orang lain.
Kesimpulan dibuat untuk mencoba menelaah dampak bagi kehidupan manusia.
Itulah tadi artikel yang bisa dituliskan kepada segenap pembaca terkait dengan beragam jenis-jenis kesimpulan dalam penelitian induktif dan deduktif, metode membuat, manfaat, dan contohnya. Semoga memberikan ulasan yang berkenan. Trimakasih
Terlalu Cepat Menyimpulkan; Gak Tahu Mana Sebab Mana Akibat
Bingung gak sich?. Zaman gini, masih ada orang yang modal kebenaran kecil mengaku sebagai pemilik kebenaran mutlak.
Orang-orang yang terlalu cepat menyimpulkan. Terlalu mudah memvonis sesuatu. Itulah orang-orang ceroboh. Gak tahu mana sebab, mana akibat.
Gak semua yang kita pikir itu benar. Apalagi menduga yang diperbuat orang lain itu salah. Lalu, kita mau bilang pikiran kita benar? Dan semua orang yang berseberangan dengan dia salah. Itu ilmu dari mana kawan. Kasih tahu dong, biar saya juga bisa berguru sama kamu.
Ceroboh, kalo terlalu cepat menyimpulkan.
Lalu kamu bilang sesuatu yang jelek itu musibah. Sesuatu yang baik itu anugerah. Belum tentu kok. Karena kita gak pernah tahu apa yang akan kita dapatkan selanjutnya. Kita gak tahu apa yang akan terjadi sesudahnya. Mengapa terlalu cepat menyimpulkan? Terlalu cepat memvonis!
Kamu yang pembenci, kenapa orang lain yang dihujat. Kamu yang pendendam, kenapa orang lain yang dicaci maki. Kamu yang pembela mati-matian, kenapa orang lain disuruh ngikutin kamu. Bete gak sih berteman sama orang kayak gitu.
Lagi kuliah pengen cepat selesai, lalu bekerja. Setelah bekerja malah tersiksa. Pengen begini, pengen begitu tapi gak ada yang bisa dihasilkan. Lalu bilang “belom jodoh”. Lha, gak ada yang dikerjain, tentu gak ada hasilnya kawan. Akhirnya, obat paling mujarab cuma bisa bilang, “gak apa gak berhasil, yang penting sudah berusaha”. Tapi dalam hatinya menyesal, nyesel banget. Emang, udah sebesar apa sih usaha kamu? Serem banget gak sih, kamu. Ceroboh, terlalu cepat menyimpulkan, ditambah gak bersyukur lagi.
Ceroboh, banyak orang sekarang terlalu cepat menyimpulkan. Modalnya cuma amarah, emosi dan pikiran negatif. Gak ada yang lain.
Maaf nih. Kayak yang lagi jomblo…. Iya jomblo, yang katanya sendirian. Kadang juga terlalu cepat menyimpulkan.
Baru papasan sebentar. Dan gak sengaja mata saling bertatapan. Hati langsung berbunga-bunga aja. Dalam hati, langsung bilang kayaknya cocok tuh cewek ama gue. Kayanya gue lagi jatuh cinta nih. Hahaha, cepet banget lo mblo bikin kesimpulan.
Padahal gak kenal, ketemu orang di jalan, dikasih senyum. Langsung ke-geer-an. Lalu, bilang ke temennya, “kayaknya gue jatuh cinta ama cowok itu”. Dasar jomblo …. hehehe, suka terlalu cepat menyimpulkan.
Bagaimana mungkin kita bisa menyimpulkan sebuah buku dengan hanya membaca satu halaman saja. Sungguh, kita terlalu cepat menyimpulkan. Tentang apapun, tentang apa aja yang terjadi pada diri kita.
Ya, kita emang suka kecepetan. Apa aja disimpulin duluan. Apa aja divonis duluan. Mungkin gak cuma si jomblo sih. Orang banyak juga suka gak sabaran. Akhirnya, bikin kesimpulan sendiri. Mungkin itu udah sifat manusia kali ya. Kata orang udah dari sono-nya. Gak tahu sono yang mana ? Sono-nya elo keless.
Orang tua juga suka terlalu cepat menyimpulkan. Memvonis anaknya begini, begitu. Pernah denger ucapan begini gak? “Udah, gak usah banyak alasan. Kamu pasti main ke tempat itu lagi ya”. “Pasti kamu belum belajar ya, dasar anak susah diatur”. Begitulah, orang tua yang suka “nyalahin” anaknya. Terlalu cepat menyimpulkan.
Gubernur yang menggusur warga di bantaran kali, biar lebih tertib hidupnya ehh malah dibilang tidak berpihak pada rakyat. Presiden yang menaikkan harga BBM, ehh malah dibilang gak becus mimpin negara. Pilihannya beda, cara pandangnya beda ehh malah dibilang pendangkalan akidah. Terus, apa lagi besok-besok yang mau kamu simpulkan? Ceroboh banget sih kamu. Memang gak ada yang salah sih. Tapi kenapa terlalu cepat menyimpulkan? Kamu tahu gak, itu semua cuma “gejala awal”, belum bisa disimpulkan. Kalo kata orang pinter, baru hipotesis. Udah ahh, gak usah terlalu cepat menyimpulkan. Apalagi menebarkan berita yang gak benar. Itu fitnah tahu …..
Kita itu, memang suka terlalu cepat menyimpulkan.
Sungguh, di balik lembar musibah bisa jadi tersimpan berkah yang tiada tara. Dan sebaliknya, di balik anugerah yang melekat juga ada cobaan yang besar. Semuanya butuh proses panjang, gak bisa terlalu cepat disimpulkan. Namanya juga HIDUP, gak bisa dinilai secepat kilat, gak bisa keburu-buru divonis jelek atau baik. Karena HIDUP bagaikan lembaran-lembaran buku yang telah ditulis Tuhan. Kalo kamu beragama, harusnya percaya dong semua itu skenario Tuhan.
Saat terjadi bencana, ratusan orang meregang nyawa. Lalu kita bilang, “Ya Tuhan, mengapa Engkau menurunkan cobaan ini?”. Padahal, masih ada ratusan juta manusia yang tetap hidup di sampingnya. Terlalu cepat menyimpulkan, kita sering seperti itu. Hingga gak bisa lagi bedain mana sebab, mana akibat? Kita makin kehilangan akal sehat, bahkan moral karena terlalu cepat menyimpulkan. Sungguh ceroboh, kalo terlalu cepat menyimpulkan. terlalu cepat memvonis segala sesuatu.
Ya begitu deh, manusia memang sering terlalu cepat menyimpulkan.
Apapun. Dan soal apa aja. Gak ditegur dikit, udah bilang sombong atau lagi marah. Dapat kerjaan yang belum pernah, udah bilang mana sanggup, gak bisalah. Tetangga beli sesuatu, mikirnya macam-macam. Sombong-lah, kebanyakan duit-lah. Emang kalo tetangganya beli apa-apa mau lewat mana, kan jalan ke rumahnya cuma itu doang. Lagian kamu mikirin amat sih yang kayak gituan…. Pikirin dong diri kamu sendiri!
Saking lemahnya kita sebagai manusia. Kita jadi terlalu cepat menyimpulkan. Belum jelas, belum tahu banyak, belum dikaji, udah disimpulin. Gak bisa bedain mana sebab mana akibat, kita buru-buru nyalahin orang. Memvonis jelek, memvonis gak becus, dan vonis lain-lainnya. Sungguh, apa yang ada di pikiran kita itu belum tentu benar? Kalo begini caranya, makin pucing makin gak ada yang beres.
Kawan, gak semua bisa disimpulkan. Karena itu baru proses awal. Bisa pahit di depan manis di belakang. Atau sebaliknya, bisa manis di depan pahit di belakang. Gak semua yang kita lihat, yang didengar, yang kita rasakan bisa disimpulkan. Gak usahlah semua hal disama-ratakan. Hanya dengan takaran otak atau akal kita. Karena, tidak semua kejadian bisa dihubung-hubungkan, lalu disimpulkan secara subjektif. Kamu itu subjektif banget sih …. Bete gak sih hidup kayak gitu.
Terkadang, kita perlu membiarkan suatu gejala atau kejadian tetap berdiri sendiri-sendiri. Sehingga kita bisa belajar dan mengambil hikmahnya. Emang, siapa yang bilang warna langit itu biru? Perasaan kita aja kali yang bilang gitu. Coba aja cek sendiri dan perhatikan, emang bener warna langit biru ? Naik dong ke atas udara, bener gak? Sungguh, manusia itu tidak tahu warna langit yang sesungguhnya?
Jadi, kita gak boleh nyimpulin apa-apa gitu?
Enggak lha yauww. Boleh-boleh aja kok. Dan sah-sah aja. Apa sih yang susah dari menyimpulkan. Apalagi kalo udah terang-benderang. Cuma kita juga perlu hati-hati, agar tidak terlalu cepat menyimpulkan. Karena kesimpullan yang salah itu berbahaya.
Kata Emha Ainun Najib, manusia suka terburu-buru. Terlalu cepat menyimpulkan orang lain bersalah. Lupa ya, kalo kebenaran itu sesungguhnya tersembunyi di beberapa sisi. Bisa di sisi kamu, di sisi saya, di sisi mereka. Atau di sisi kebenaran itu sendiri.
Sudahlah, gak usah terlalu cepat menyimpulkan. Nambah kisruh, nambah beban dan makin jadi gak beres. Santai saja, sambil bersabar. Karena “Some beautiful paths can’t be discovered without getting lost – Beberapa jalan yang indah tidak dapat ditemukan tanpa tersesat terlebih dahulu.”
Makanya, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Apalagi memvonis orang. Orang ini baik, orang itu jelek. Nasib begini baik, nasib begitu buruk. Karena semua yang terjadi adalah rangkaian proses. Tidak mungkin ujuk-ujuk. Tinggal masalahnya, mau atau tidak, kita menerima keadaan saat ini. Menerima realitas yang kita alami hari ini. Lagi pula,apa yang kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk esok. Apa yang dirasa buruk hari ini, belum tentu buruk untuk esok kok.
Ceroboh, kalo apa-apa terlalu cepat disimpulkan. Kamu itu terlalu banyak nuntut. Atau cara pandang kamu yang belok-nya keterlaluan. Ketahuilah kawan, “harga seseorang itu bukan dilihat dari apa yang dia dapatkan. Tapi harus dilihat dari apa yang dia berikan”. Gampang kan, nah lakukan dong kayak gitu. Dan jangan terlalu cepat menyimpulkan.
Sungguh, memang beda tipis. Antara orang yang terlalu cepat menyimpulkan dengan orang sok tahu ….. Awass ya jangan menyimpulkan tulisan ini, baca aja itu sudah cukup. Gak perlu disimpulkan, orang cuma tulusan saja.
There is no ads to display, Please add some