Image default
Tips & Triks

Ciri-ciri Obat Herbal yang Berbahaya

Tanpa sepengatahuan konsumen, obat herbal juga mungkin sudah ditambahi berbagai bahan kimia berbahaya meski katanya alami. Karena itu, Anda harus bijak dan jeli dalam memilih obat herbal yang aman dan sudah teruji klinis

Oleh: Fauzan Budi Prasetya
Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri – Dokter Umum

Obat herbal biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia sejak dahulu. Biasa disebut dengan jamu atau obat tradisional, obat herbal telah sejak lama dipercaya oleh masyarakat untuk mengusir masuk angin, menambah energi, mempercantik diri, hingga meningkatkan gairah dan kemampuan seksual Anda.

Saat ini obat tradisional sudah banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Obat herbal sering menjadi alternatif pengobatan bagi mereka yang secara fisik sudah tidak kuat menjalani tindakan medis besar. Misalnya bagi pasien kanker yang sudah tidak kuat menjalani kemoterapi.

Penggunaan obat jenis herbal pun sudah menjadi kebiasan masyarakat sehari-hari. Misalnya ketika merasa masuk angin, masyarakat cenderung tidak pergi ke dokter atau minum obat. Masyarakat lebih memilih minum obat herbal.

Perhatikan ciri-ciri obat herbal sebelum dibeli dan dikonsumsi

Di balik berbagai khasiatnya, ternyata obat herbal juga bisa berbahaya bagi tubuh Anda. Pasalnya, sembarangan mengonsumsi obat herbal bisa membuat gejala yang Anda alami jadi makin parah. Berbagai bahan dari obat herbal mungkin memberikan efek samping yang tidak Anda ketahui.

Selain itu, tanpa sepengatahuan konsumen, obat herbal juga mungkin sudah ditambahi berbagai bahan kimia berbahaya meski katanya alami. Karena itu, Anda harus bijak dan jeli dalam memilih obat herbal yang aman dan sudah teruji klinis.

Berikut ini adalah ciri-ciri obat jenis ini yang berbahaya bagi tubuh Anda.

1. Tidak jelas siapa produsennya
Badan Kesehatan Dunia atau WHO sudah menetapkan standar yang harus diikuti oleh setiap negara mengenai kelengkapan informasi pada kemasan obat. Obat yang bagus seharusnya bukan hanya menyebut merek, tapi juga jelas mencantumkan siapa produsennya.

2. Kandungan dari orbat herbal tidak jelas
Kandungan yang terdapat dalam obat seharusnya dijabarkan secara rinci pada kemasan. Jika tidak ada, Anda patut mencurigai obat tersebut. Selain jenis kandungannya, obat tradisional yang baik juga seharusnya menyebutkan berapa banyak kandungan setiap bahan yang digunakan. Dengan begitu, Anda bisa mengukur apakah takarannya terlalu banyak atau sedikit.

3. Tidak ada izin edar dari Badan POM dan SNI
Seperti yang Anda ketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) adalah badan yang berwenang untuk mengawasi peredaran obat dan makanan di Indonesia. BPOM akan menulis nomor registrasi pada kemasan obat tersebut untuk menandakan bahwa obat tersebut sudah teruji klinis sehingga aman untuk dikonsumsi. Ini bukti bahwa obat tersebut sudah melewati berbagai macam tes yang resmi.

Namun, saat ini ada beberapa produsen obat yang menempelkan nomor izin palsu di kemasannya. Inilah yang harus diwaspadai. Anda bisa mengeceknya di website BPOM http://cekbpom.pom.go.id/. Caranya mudah. Anda tinggal mengetik hal-hal yang ada pada obat tersebut, misalnya nomor registrasi, nama produk, atau merek obat herbal yang ingin Anda ketahui.

Selain itu, obat jenis herbal yang aman seharusnya mencantumkan SNI atau Standar Nasional Indonesia. SNI akan dikeluarkan bila produknya sudah mengikuti standar produksi dan kualitas barang di Indonesia. Ini berarti produk yang ada SNI-nya punya pabrik yang bersih, aman, dan terjamin. Tanpa SNI, kualitas produk Anda dipertanyakan.

4. Sekali minum, Anda merasa penyakit langsung hilang
Kebanyakan obat herbal membutuhkan proses untuk menyelesaikan masalah kesehatan Anda. Banyak obat yang khasiatnya akan baru muncul beberapa hari atau bahkan beberapa minggu setelah pertama kali mengonsumsinya.

Jika Anda merasa penyakit Anda hilang sekejap setelah Anda meminum atau mengoleskan obat jenis ini, Anda patut mencurigainya. Bisa jadi, herbal tersebut mengandung Bahan Kimia Obat (BKO).

BKO adalah bahan kimia yang biasa digunakan pada obat-obatan. Seharusnya BKO tidak digunakan dalam herbal. Selain itu, penggunaan obat haruslah sesuai dengan aturan. Misalnya pada beberapa jenis kortikosteroid seperti obat deksametason dan salep betametason. Penggunaan sembarangan akan membuat fungsi kelenjar adrenal pada tubuh Anda rusak dan menyebabkan berbagai macam gejala, mulai dari rasa lemas hingga kematian.

Produsen obat herbal yang tidak bertanggung jawab akan memasukkan BKO ke dalam produknya. Ini akan membuat produknya dipandang sangat berkhasiat. Saat ini ada banyak sekali produk herbal yang menggunakan BKO. Badan POM sendiri masih terus memantau dan menemukan berbagai produk herbal yang berbahaya. Karena itu, jangan sembarangan beli produk herbal karena tergiur harga murah dan khasiat yang menjanjikan.

Membedakan Jamu Asli dan Jamu Palsu
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucky S. Slamet berbagi tips untuk mengetahui obat tradisional atau jamu yang palsu dan mengandung bahan kimia.

“Membedakan jamu yang alami dengan yang mengandung bahan kimia obat, kalau minum jamu terus pegal linunya hilang cespleng, tandanya ada bahan kimia obat, berhenti minumnya”, kata Lucky di Jakarta.

Dari hasil temuan BPOM sebelumnya, banyak jamu yang mengandung bahan kimia obat sepertifenilbutazon yang ditambahkan dalam jamu untuk pegal linu. Padahal pemberian fenilbutazon harus menggunakan resep dokter. Terlebih lagi, cara memproduksi jamu yang tidak steril sangat rentan terhadap bakteri dan jamur yang akan menyebabkan penyakit.

“Sekarang upaya kita lebih gencar agar bagaimana masyarakat bisa membedakan antara jamu yang alami dengan yang berbahan kimia obat,” ujar dia.

Ke depan BPOM bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan akan memberi stiker bagi pedagang jamu dan toko-toko jamu sehingga lebih aman.

“Kita ingin membuat pasar yang aman dengan menempelkan stiker karena di situ banyak sekali menjual jamu, supaya masyarakat kalau datang ke situ aman membeli yang alami”, ujar Lucky.

Ia juga berpesan bagi siapa saja yang sakit, sebaiknya langsung ke dokter untuk berkonsultasi dan bukannya mengonsumsi jamu yang mengandung bahan kimia.

Lucky juga mengajak masyarakat untuk melindungi diri dari konsumsi bahan kimia berbahaya, dengan meningkatkan pengetahuan dan bersikap kritis.

(adc/yel)


There is no ads to display, Please add some

Related posts

5 Masalah yang Kerap Ditemui Pasangan Berhubungan Jarak Jauh dan Cara Mengatasinya

Cara Menjadi Seorang Politikus

Penulis Kontroversi

Tips Berhijab Agar Tidak Disebut Jilboobs untuk Wanita Berpayudara Besar

Penulis Kontroversi

Leave a Comment