Image default
Peristiwa

Hari AIDS Sedunia Bukan Sebuah Perayaan

1 Desember tidak hanya menjadi sebuah peringatan hari besar saja, melainkan dapat menjadikan makna bagi masyarakat global terkait pentingnya mencegah virus HIV, dan makna bagi ODHA bahwa HIV bukan akhir ari kehidupan seorang ODHA

Hari AIDS Internasional Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang semakin canggih setiap tahunnya, ada satu hal yang tidak dapat dipungkiri dari teknologi ini, yakni perkembangan media sosial yang makin canggih dan ter-update setiap tahunnya. Hal ini membuat media sosial sendiri semakin meningkat penggunanya dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam hal ini, maka semakin gencar pula sebuah perayaan (Update Status) “Ucapan Selamat” di berbagai akun sosial media yang sering digunakan oleh masyarakat, baik itu Facebook, Line, Whatsapp, Instagram, BBM, dan lain sebagainya. Saat ini, dalam kondisi apapun, di mana pun, sama siapa pun, dan peringatan hari apapun masyarakat saat ini rentan membagikan status (Update) dan menceritakan dalam media sosial masing-masing. Baik itu update hari libur nasional, hari buruh, atau berbagi hal yang rentan di-update setiap peringatannya.

Akan tetapi, bagiamana jika “Ucapan Selamat” tersebut banyak dilontarkan pada Peringatan Hari AIDS Sedunia ? Dari data yang penulis dapat melalui akun media sosial Instagram pada tanggal 1 Desember 2018 tepat dengan Peringatan Hari AIDS Sedunia, terdapat sekitar 250 akun di media sosial Instagram memposting dan membagikan Instastory dengan Hastags #selamathariaidssedunia. Ucapan “Selamat” dalam menyambut suatu perayaan memang hal sederhana dan biasa-biasa saja jika dilontarkan untuk mengisi peringatan atau perayaan seperti “Selamat Hari Raya Idul Fitri”, “Selamat Hari Raya Idul Adha”, atau “Selamat Hari Ibu”.

Namun yang menjadi pertanyaan menarik dalam permasalahan ini yakni, pantaskah lontaran ucapan “Selamat” dilontarkan pada Peringatan Hari AIDS Sedunia ? Ucapan “Selamat” untuk siapa? Mengapa ucapan tersebut muncul begitu saja? Serta hal Apa yang terjadi sehingga dapat dikatakan semangat ? 1 Desember bukan sebuah perayaan, melainkan sebuah peringatan Melihat hasil data yang telah dipaparkan, dalam hal ini berarti dapat disimpulkan tidak semua masyarakat di Indonesia mengetahui tentang HIV/AIDS.

Pasalnya beberapa di antara mereka pada peringatan Hari AIDS Sedunia banyak yang mengucapkan “Selamat” tanpa mereka sadari pada 1 Desember bukanlah sebuah hari perayaan seperti hari lain. Melainkan sebuah peringatan untuk masyarakat akan kewaspadaan serta meningkatakan kesadaran untuk pencegahan terhadap sebuah penyakit yang telah banyak memakan ratusan juta jiwa manusia di belahan dunia, yakni virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh manusia, yang berakibat kekebalan tidak dapat bekerja seefektif yang seharusnya. Serta Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi HIV.

Jadi dalam hal ini dapat disimpulakan bahwa masyarakat saat ini banyak yang salah kaprah dengan penggunaan medianya, tanpa mengetahui arti jelas dari setiap unggahan statusnya bahwa “Peringatan Hari AIDS” bukan seperti perayaan hari-hari lainnya.

Melainkan, menurut Jim Bunn, pegawai WHO sekaligus pencetus hari AIDS menyatakan bahwa “Peringatan Hari AIDS” yakni sebuah bentuk peringatan yang bertujuan meminta perhatian dan memberi informasi kepada masyarakat global mengenai pentingnya upaya pencegahan penyebaran HIV hingga meningkatkan kesadaran mereka akan bahasa virus ini. Ucapan “Selamat” untuk siapa ? Ini yang menjadi sebuah pertanyaan unik juga, “Selamat” untuk siapa ? Untuk Orang dengan HIV AIDS (ODHA)? Jika iya, ucapan “Selamat atas apa ?” Atas terdeteksinya bahwa ia positif HIV ? Dalam hal ini masyarakat seharusnya dapat melakukan filter terlebih dahulu, karena bisa jadi ini menjadi sebuah stigma tersendiri bagi ODHA.

Sebaiknya unggahan-unggahan seperti ini, lebih baik dipikirkan sebelum dipubliskan atau sama sekali tidak dipubliskan. Pasalnya seorang ODHA pun layak memiliki kehidupan yang setara layaknya manusia lain, bukan sebuah stigma tau ucapan yang kurnag jelas akan tujuan dan maknanya.

Maka dari itu perlunya sebuah pemikiran luas terkait pemaknaan dalam setiap perayaan atau peringatan hari besar, agar tidak salah kaprah yang berdampak pada satu golongan atau masyarakat lainnya. Dan juga perlu sebuah keuletan seperti cerdas sebelum bertindak dan koreksi sebelum di unggah.

Semoga 1 Desember tidak hanya menjadi sebuah peringatan hari besar saja, melainkan dapat menjadikan makna bagi masyarakat global terkait pentingnya mencegah virus HIV, dan makna bagi ODHA bahwa HIV bukan akhir ari kehidupan seorang ODHA. (Jaka Jamalludin Yusuf/Dadi Haryadi)


There is no ads to display, Please add some

Related posts

Pembangunan pusat kegiatan NU di Bulangan .

admin

Warga Gerebek Kasun Jogodalu

Penulis Kontroversi

DPC PKB Gresik Tasyakuran Pasca Perpres Dana Abadi Pesantren Disahkan

admin

Leave a Comment