Image default
  • Home
  • Ekonomi
  • Penerbit asing beli 23 hak cipta buku Indonesia
Ekonomi Peristiwa Politik & Pemerintahan

Penerbit asing beli 23 hak cipta buku Indonesia

Ikatan Penerbit Indonesia: “Buku-buku dari penerbit Indonesia yang diminati penerbit luar negeri adalah buku pelajaran sekolah tentang bahasa mandarin, buku fiksi atau cerita anak dengan konten pendidikan akhlak keislaman”

Kontroversi Karya Penulis Indonesia: Sebanyak 450 karya penulis Indonesia akan dipamerkan dalam “London Book Fair” (LBF) 2019, yang menjadi ajang terbesar transaksi hak cipta penerjemahan karya fiksi dan nonfiksi.

Menurut pernyataan panitia LBF 2019,  penampilan Indonesia sebagai Market Focus Country di LBF 2019 itu dikoordinasikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan melibatkan 100 anggota delegasi dari Indonesia yang akan berangkat ke acara itu, yang berlangsung di Olympia Kensington London pada 12-14 Maret 2019.

Bersama dengan para delegasi ini, panitia yang dibentuk oleh Bekraf sebagai perwakilan pemerintah yang memimpin ajang prestisius ini, menampilkan juga karya kreatif lain seperti desain grafis, arsitektur, kuliner dan pertunjukan musikal, yang akan mengisi gerai Indonesia yang menempati ruang seluas total 600 meter persegi.

Pada bookfair kali ini, sejumlah konten Indonesia akan tampil di gerai nomor 5D125 di Ground Floor seluas 400 meter persegi dan Stand 4B20 berupa “Spice Caf’ seluas 200 meter persegi di First Floor.

Di anjungan utama yang terletak di Ground Floor akan tampil 22 co-exhibitor dari para penerbit Indonesia. Sementara di First Floor, akan tampil 13 co-exhibitor dari ranah non-buku seperti dari games, film, hingga software.

Kemudian di ruangan yang khusus untuk transaksi perdagangan hak cipta, yaitu International Rights Centre, akan tampil Borobudur Agency yang menempati Table 30.

Di ajang LBF 2019 itu, Bekraf tak hanya menampilkan subsektor penerbitan, tetapi juga subsektor lainnya yaitu kuliner, busana, film, seni pertunjukan, komik, eksibhisi arsitektur dan desain grafis, ilustrasi, boardgames, dan digital animasi.

Dengan seluruh subsektor tersebut, panitia telah merancang total 120 acara yang berlangsung tidak hanya di Olympia, tetapi jugadi berbagai venue di seluruh Kota London.

Pembelian hak cipta & Penerjemahan 23 buku
Penerbit asing dari sejumlah negara menyepakati pembelian hak cipta penerbitan dan penerjemahan 23 judul buku dari penerbit dalam negeri pada hajatan London Book Fair (LBF) 2019.

“Dalam tiga hari, total ada 23 judul buku dari penerbit Bandung dan Jakarta yang hak penerbitan dan penerjemahannya dibeli penerbit Singapura, Inggris, dan Malaysia”, kata Thomas Nung Atasana yang mewakili Ikatan Penerbit Indonesia di Olympia London. Kamis (15/03/2019)

Thomas Nung Atasana menambahkan pada hari pertama, hak penerjemahan dan penerbitan 12 judul buku dibeli oleh penerbit dari Singapura. Hari kedua terjadi sembilan transaksi dan hari ketiga ada dua transaksi hak penerbitan dan penerjemahan.

Buku-buku dari penerbit Indonesia yang diminati penerbit luar negeri adalah buku pelajaran sekolah tentang bahasa mandarin, buku fiksi atau cerita anak dengan konten pendidikan akhlak keislaman.

Kehadiran Indonesia yang diorganisasikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta didukung Komisi Nasional Buku dan The British Council dalam LBF 2019 cukup strategis karena Indonesia diundang sebagai Fokus Pasar.

Thomas mengatakan di samping 22 judul buku yang sudah disepakati untuk diterbitkan oleh sejumlah penerbit di Inggris, ada pula 187 judul buku terbitan Indonesia yang diminati penerbit asing.

Bekraf menargetkan 50 kesepakatan penjualan hak terjemahan buku-buku terbitan Indonesia oleh penerbit luar negeri dalam kesempatan LBF 2019 ini.

Dalam ajang yang memang diperuntukkan transaksi hak penerbitan di antara para penerbit dunia itu, ribuan penerbit seluruh dunia saling bertransaksi jual-beli hak terjemahan.

12 Judul Buku ~ 39 MOU
Rincian kesepakatan pembelian hak terbit dalam bentuk terjemahan oleh penerbit asing itu adalah sebagai berikut: Penerbit Asta Ilmu Publishing berhasil melakukan kesepakatan 12 judul buku kepada penerbit di Singapura dan 39 perjanjian untuk menindaklanjutinya sebagai kesepakatan alias meminati 39 judul buku dengan penerbit di Inggris, Korea, dan China.

Sebanyak sembilan kesepakatan pembelian hak penerbitan dan penerjemahan buku yang terjadi pada hari kedua LBF 2019 adalah delapan judul dari penerbit Mizan yang dibeli penerbit Inggris dan satu judul dari Kepustakaan Populer Gramedia yang dibeli penerbit dari Portugal.

Sementara itu, pada hari ketiga terjadi transaksi pembelian hak penerbitan dan penerjemahan atas dua judul buku dari penerbit Rumah Pensil Bandung oleh penerbit dari Malaysia.

Di samping itu, 45 judul buku dari penerbit Mizan yang terkenal lewat buku-buku bertema religius keislaman diminati penerbit dari Inggris, Turki, dan Jepang.

Sebanyak 23 judul buku dari Penerbit Gramedia juga diminati oleh penerbit dari Amerika, China, Taiwan, Inggris, dan Korea.

Serta, 10 judul terbitan Lontar, penerbit milik Yayasan Lontar yang menerbitkan karya-karya sastra dari pengarang kenamaan di Tanah Air, telah diminati oleh penerbit dari Italia, Inggris, dan Turki.

Selain keempat penerbit itu, juga ada 16 penerbit dari Indonesia yang produknya diminati untuk diterbitkan di negara lain.

Selain kepada pihak institusional, para penerbit Indonesia juga mencoba melakukan transaksi dengan menawarkan hak penerbitan mereka kepada individu yang menjadi broker bagi pihak ketiga atau penerbit internasional yang tak sempat ikut serta dalam LBF 2019.

Pemilik penerbitan Asta Ilmu Publishing, Anna, mengatakan buku-buku terbitannya yang berhasil dibeli hak terjemahannya oleh penerbit asing adalah bertema pelajaran bahasa Mandarin.

“Singapura Asia Publisher telah menyepakati untuk membeli hak terbitan terjemahan buku-buku kami. Umumnya, buku-buku tentang pelajaran bahasa Mandarin,” tuturnya di konter penjualan hak cipta Indonesia Fokus Market.

Kelemahan penulis Indonesia
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan kelemahan dari penulis Indonesia terletak pada riset dan juga pemilihan temanya

“Buku merupakan produk kolaborasi, jadi penulis tidak bekerja sendiri. Tetapi didukung riset dan juga diskusi dengan editor”, ujar Hilmar Farid dalam acara konferensi pers di Jakarta. Senin(21/01/2019)

Akan tetapi di Tanah Air, banyak penulis yang memiliki naskah kemudian ditawaran ke penerbit. Berbeda di negara lain, yang mana penulis dan penerbit berkolaborasi melihat apa yang tren saat ini dan kemudian menjadikannya sebagai buku.

“Kemendikbud berharap dalam berekspresi penulis Indonesia mendapat ruang lebih luas. Saat ini penjualan buku belum terlalu besar, dugaan saya dari segi kualitas masih kalah”, jelas Hilmar Farid.

Hilmar memberi contoh bagaimana dulu hasil penelitian yang dijadikan skripsi dijadikan buku. Akibatnya dari segi kuantitas buku banyak, namun kurang berkualitas.

Indonesia jadi Market Focus
Indonesia akan menjadi Market Focus di London Book Fair yang akan berlangsung pada 12-14 Maret 2019.

Program The London Book Fair Market Focus yang juga bekerjasama dengan British Council berisi acara budaya yang merayakan penulis serta buku dari Indonesia dan juga dirancang untuk meningkatkan peluang bisnis.

Market Focus menawarkan penerbit Inggris dan internasional untuk menjalin kemitraan bisnis baru dan mengembangkan pasar global.

Program ini diharapkan bisa membantu mempromosikan literasi Indonesia di kancah internasional.

“Sebagai Country Market Focus di London Book Fair 2019, kami (Bekraf) ingin mengambil kesempatan ini untuk membawa sektor penerbitan Indonesia dan sektor terkait ke level berikutnya dengan menampilkan penulis, penerbit dan warisan budaya dan sastra Indonesia terbaik harapan ini akan memberikan peluang besar bagi sektor kreatif Indonesia, khususnya di sektor penerbitan”, kata Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik dalam siaran pers. Kamis(5/042018)

Terpilihnya Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama yang menjadi country market focus untuk LBF 2019 adalah peluang untuk menampilkan para penulis terkemuka, penerbit, warisan literasi, dan budaya Indonesia dalam pasar jual-beli hak cipta terbesar dunia.

Sejak menjadi tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015, penjualan buku Indonesia di luar negeri telah meningkat hingga lebih dari 1.000 judul.

Indonesia telah tiga kali mengikuti LBF dan untuk tahun keempat ini panitia menargetkan menjual hak cipta 35 judul buku dari sekitar 400 judul buku yang akan dibawa, sementara pada 2019 targetnya meningkat menjadi 50 judul buku.

Buku-buku yang diprediksi menarik minat penerbit Eropa adalah buku sastra dan buku anak-anak dengan ilustrasi.

Selain penjualan hak cipta, lima film adaptasi buku akan ditayangkan dalam program “London Book and Screen Week” yakni:
Laskar Pelangi (2018)
Sang Penari (2011)
Filosofi Kopi (2015)
Dilan 1990 (2018), dan
Laut Bercerita (2017). (Isa/an)


There is no ads to display, Please add some

Related posts

Kontroversi Pelantikan Perangkat Desa Diam-diam, DPRD Gresik Akan Panggil Kades Munggugebang Wariyanto

Penulis Kontroversi

Karyawan dan Tenaga Medis RS Fatma Medika di Vaksinasi Covid-19

Penulis Kontroversi

Polres Gresik Gelar Lomba Fotografi Semarak Bhayangkara-72

Penulis Kontroversi

Leave a Comment