Image default
  • Home
  • Ekonomi
  • Tata Kelola Gambut Indonesia Jadi Rujukan Dunia
Ekonomi Peristiwa Politik & Pemerintahan

Tata Kelola Gambut Indonesia Jadi Rujukan Dunia

Indonesia telah  pengalaman penting dalam pengelolaan lahan gambut tropis dunia, khususnya dalam A South-South Dialogue. Teknik modern dan canggih yang telah diterapkan dalam mengelola lahan gambut dan mencegah kebakaran yang telah dikembangkan dan inventarisasi ekosistem gambut Indonesia dalam bentuk Peta Hidrologi Gambut (Kesatuan Hidrologis Gambut/KHG) sebagai referensi untuk pemetaan yang lebih rinci di tingkat provinsi, kabupaten dan kota

Kontroversi Tata Kelola Gambut: Koreksi besar-besaran yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam tata kelola gambut kini menjadi rujukan pengetahuan bagi dunia internasional. Ini ditegaskan dalam pertemuan Konferensi Global Landscape yang berlangsung di Bonn, Jerman pada 1-2 Desember.

Siti Nurbaya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (LHK) hadir sebagai pembicara kunci pada berbagai forum yang digelar di hari pertama. Pada konferensi internasional ini, hadir perwakilan PBB, UN Environment, Menteri LH se dunia, World Bank, NGO, peneliti, akademisi dan para mitra global lainnya.

Indonesia mendapat apresiasi setelah memiliki Pusat Penelitian Lahan Gambut Internasional atau International Tropical Peatlands Centre (ITPC). “Ini adalah rumah untuk konsultasi dan advokasi bagi kepentingan masyarakat dan lingkungan lokal serta untuk kepentingan global,” kata Siti Nurbaya dilansir Antara, Minggu (2/12/2018),

Basis ITPC saat ini berada di dua kampus penelitian hutan di Bogor, yaitu Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi KLHK serta di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR). Di agenda berikutnya saat menjadi pembicara kunci peringatan CIFOR ke 25, di hadapan para pemimpin dan ahli kehutanan internasional, Indonesia menegaskan posisinya sebagai ‘taman bermain penelitian’ bagi pengetahuan kehutanan dunia.

“Saya harap ulang tahun CIFOR ke-25 ini menjadi langkah monumental untuk memperkuat kolaborasi antara Indonesia, CIFOR dan semua mitra negara untuk berkontribusi secara signifikan terhadap kehutanan internasional”, kata Siti Nurbaya.

Dia kembali mengingatkan bahwa pascakebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2015, Indonesia di bawah kepemimpinan Joko Widodo Presiden dan Jusuf Kalla Wapres telah memberi perhatian lebih pada pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.

“Ini untuk mencegah kebakaran gambut seperti yang terjadi pada tahun 2015 ketika sekitar 800.000 ha dari 2,6 juta hektare area yang terbakar adalah lahan gambut”, ungkapnya.

Komitmen pemerintah Indonesia ini semakin dipertegas Siti Nurbaya saat menjadi pembicara kunci pada Pembukaan Forum Global Landscape 2018. Ia mengatakan telah terjadi pergeseran besar tata kelola kehutanan Indonesia menuju perspektif baru keberlanjutan.

“Kami telah pindah dari manajemen berorientasi kayu ke pengelolaan lanskap hutan. Kami juga telah mengambil langkah-langkah korektif untuk mencapai pengelolaan hutan lestari”, katanya.

Belajar dari Karhutla
Siti Nurbaya menyatakan Indonesia telah belajar banyak dari karhutla yang rutin terjadi hampir selama dua dekade. Pemerintahan Jokowi tidak mau mengulangi kesalahan yang sama karena sangat merugikan lingkungan, kesehatan, ekonomi dan juga kehidupan sosial masyarakat.

“Kami telah mengembangkan banyak instrumen pengelolaan lahan gambut”, kata Siti Nurbaya.

Diantaranya melalui kebijakan moratorium izin di lahan gambut dan hutan primer, menerbitkan PP 57/2016 tentang Perlindungan dan pengelolaan lahan gambut, hingga menegakkan hukum lingkungan secara konsisten.

Indonesia juga telah membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk memperbaiki konstruksi restorasi gambut dan operasi dan pemeliharaan infrastruktur dan pemanfaatan gambut.

“Saat ini sekitar 177 pemegang konsesi telah mengembangkan rencana dan melaksanakan restorasi gambut sampai 2026”, ungkap Siti Nurbaya.

Pemerintah Indonesia telah menempatkan restorasi lahan gambut sebagai strategi utama mengurangi emisi di sektor kehutanan.

Dia juga menegaskan komitmen kuat Pemerintah Indonesia untuk keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat melalui percepatan program perhutanan sosial atau program konsesi hutan desa.

“Sebelum tahun 2015 masyarakat hanya dapat mengelola 4-7 persen dari kawasan hutan tetapi setelah 2015 meningkat secara signifikan menjadi 27-33 persen”, kata Siti Nurbaya.

Pengalaman
Capaian-capaian langkah koreksi sektor kehutanan, terutama dalam hal tata kelola gambut, kembali disampaikan saat Siti Nurbaya menjadi pembicara kunci pada dua pertemuan lanjutan antarnegara peserta konferensi.

Prakteknya pengelolaan lahan gambut berkelanjutan tidak hanya melibatkan pemerintah tetapi semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, masyarakat global dan sektor swasta.

Indonesia telah  pengalaman penting dalam pengelolaan lahan gambut tropis dunia, khususnya dalam A South-South Dialogue. Teknik modern dan canggih yang telah diterapkan dalam mengelola lahan gambut dan mencegah kebakaran yang telah dikembangkan dan inventarisasi ekosistem gambut Indonesia dalam bentuk Peta Hidrologi Gambut (Kesatuan Hidrologis Gambut/KHG) sebagai referensi untuk pemetaan yang lebih rinci di tingkat provinsi, kabupaten dan kota.

Peta-peta ini menunjukkan bahwa total luas ekosistem gambut Indonesia mencapai 24,14 juta hektare (ha), sekitar 9,16 juta hektare di antaranya berlokasi di Sumatera; 8,39 juta hektare di Kalimantan; 60 ribu hektare di Sulawesi dan 6,53 juta hektare di Papua.

Setelah melakukan inventarisasi, area seluas sekitar 2,5 juta hektare ekosistem gambut telah ditargetkan oleh pemerintah untuk pemulihan pada tahun 2020.

“Memulihkan lahan gambut kami bukan hanya memperbaiki aspek biofisik pengelolaan lahan gambut, tetapi juga mata pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut dan keberlangsungan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan berlisensi”, katanya.(as)


There is no ads to display, Please add some

Related posts

SBSN Pra Pandemi Vs Pasca Pandemi Untuk 700 Proyek Senilai Rp.138 Triliun

Penulis Kontroversi

Kades Resmi Lantik Perangkat Baru, Diharapkan Bisa Bersinergi Di Pemdes Bisa Lebih Baik

Penulis Kontroversi

Polri Raih Predikat WTP Delapan Tahun Berturut-turut dari BPK

Penulis Kontroversi

Leave a Comment